Kecantikan yang abadi terletak pada keelokkan adab dan ketinggian ilmu seseorang, bukan terletak pada wajah dan pakaiannya. (Hamka).

Saturday, April 9, 2011

Tips dalam Berpasangan ..

1. Beriman
Untuk menjadi pasangan yang lebih baik, kunci pertama adalah menguatkan iman anda sendiri. Dengan adanya pasangan yang beriman, maka pasti hubungan cinta antara kedua pasangan akan mencapai titik yang maksimum.


2. Jangan ‘minder’ dan selalu mengenang masa lalu
Janganlah bersikap minder terhadap pasangan anda. Bila anda pernah membuat suatu kesalahan dimasa lalu , jangan selalu dikenang atau diingat. Berfikirlah positif. Bila anda minder, sama saja anda mengatakan bahwa anda tidak sepadan untuk pasangan anda. Bila anda tidak percaya diri, bahwa anda adalah pasangan yang sepadan untuk dia, maka anda akan benar-benar menjadi pasangan yang tidak sepadan.


3. Romantis
Ketika suatu hubungan cinta mulai mengalami keretakan, tanda pertama yang terlihat adalah mulai berpudarnya romantisme antara pasangan. Umumnya pasangan yang akan retak melupakan bagaimana senangnya ketika pertama kali mereka menjalin hungan tersebut. Suatu hubungan cinta adalah sesuatu yang harus terus menerus dibina dan bersikap romantis dalam membina hubungan tersebut adalah mutlak.


4. Jangan membuat sesuatu hanya kerana ingin membahagiakan pasangan anda
Berapa kalikah anda pernah mengerjakan sesuatu untuk pasangan anda yang sebenarnya tidak ingin anda lakukan, tapi tetap anda lakukan kerana ingin membuat pasangan anda bahagia.. Bagaimana perasaan anda ketika mengerjakan hal tersebut? Setiap kali anda membuat kompromi atas sikap anda tersebut, anda memperlebar jurang hubungan cinta anda. Sebaiknya anda secara jujur mengatakan pada pasangan anda bahawa anda kurang senang mengerjakan hal tersebut, dan mencari alternatif lain untuk mengatasinya bersama.


5. Jangan paksa pasangan anda untuk melakukan hal-hal yang dia kurang senangi
Ini adalah kebalikan dari tip diatas. Kalau anda tahu pasangan anda kurang senang melakukan sesuatu hal, mengapa dipaksakan… ..??


6. Jangan merendahkan pasangan anda
Tidak ada manusia yang sempurna didunia ini. Masing2 mempunyai daya fikir, kerja dan daya tahan tersendiri. Bila anda selalu merendahkan pasangan anda dengan menyalahkan apa saja yang dia salah lakukan, bagaimana anda akan berharap dia akan berbuat benar?


7. Jangan memberi janji yang anda tidak mampu penuhi
Kepercayaan adalah hal penting pada suatu hubungan cinta. Kepercayaan harus dibina dan dikembangkan. Bila anda tidak memenuhi janji anda pada pasangan anda, bagaimana pasangan anda akan percaya pada anda pada masa yang akan datang?


8. Usahakan untuk selalu berada disisinya
Pasangan anda merupakan teman anda untuk seumur hidup… .Usahakan untuk berada disisinya baik dalam suka maupun duka… .


9. Komunikasi
Dunia berubah dari hari ke hari. Bila anda tidak terus menerus berkomunikasi dengan pasangan anda, anda akan terkejut apabila pada suatu hari anda baru menyadari bahwa jurang perbezaan antara anda berdua telah semakin lebar.


10. Jangan berlaku kasar dan semena-mena terhadap pasangan anda
Cukup jelas…
Hormatilah pasangan anda sebagaimana anda menghormati manusia lainnya. Jangan sampai anda lebih menghormati teman anda daripada menghormati pasangan anda.


11. Jujurlah selalu
Biasanya suatu hubungan cinta tidak akan berlangsung lama apabila dibangun dan didasari atas kebohongan. Walaupun pasangan anda tidak pernah mengetahui kebohongan yan tersimpan, tetapi fakta bahwa anda mengetahui kebohongan itu, akan mempengaruhi perasaan anda maupun pasangan anda. Dengan itu, hubungan cinta tak akan mencapai titik yang maksimum.

UJIAN PERSONALITI


ambil sedikit masa untuk jawap soalan ini sebab ia benar-benar melambangkan siapa anda sebenarnya2..

Ambil sehelai kertas dan cuba jawap soalan ini dengan spontan..analisis nye selepas ini

Situasi:
Anda berada di dalam hutan
(1) nyatakan dengan siapa anda berjalan?

sedang anda berjalan tiba-tiba terserempak seekor haiwan
(2) nyatakan apakah haiwan itu

(3) tindakan anda terhadap haiwan itu
(biarkan dan pandang je/lari dari haiwan itu/ dapatkan haiwan itu)

anda teruskan perjalanan..tiba-tiba ternampak segugus kunci
(4) nyatakan bilangan kunci itu
(dari 1-10 anak kunci)

anda teruskan perjalanan, tiba2 anda ternampak sebuah rumah di tengah hutan.

pada fikiran anda..
(5) adakah rumah itu berpagar?

(6) pintu rumah tu terbuka atau tertutup?

anda pun masuk ke rumah itu. pergi ke ruang tamu dan ternampak meja.
(7) apakah bentuk meja itu?
(Bulat/ Oval / Segiempat / Segitiga)

atas meja ada pasu...
(8) Berapa banyak air dalam pasu itu?
(Penuh / Setengah / Kosong)

(9) Pasu itu diperbuat daripada apa?
[(Kaca / seramik / tanah liat) (logam / plastik / kayu)]


Anda teruskan perjalanan ke belakang rumah. anda melihat sebuah air terjun dari jauh.
(10) Berapakah laju air itu?
(1-10 : 1-perlahan 10-paling laju)

anda terus berjalan dan ternampak sebuah taman. tiba-tiba anda ternampak sebuah kotak peti.
(11) Apa ukuran kotak itu?
(kecil / sederhana / besar)

(12) kotak itu diperbuat daripada?
(cupboard/ kertas / kayu / logam)

tak jauh dari taman anda ternampak sebuah jambatan.
(13) jambatan diperbuat daripada apa?
(logam / kayu / rotan)

Di seberang jambatan, ada seekor kuda.
(14) Apakah warna kuda itu?
(putih / kelabu / coklat / hitam)

(15) Apa yang kuda lakukan?
(diam dan tenang / menggigit rumput / berlari)

(16)
TIBA-TIBA...tanpa disangka ribut tornado datang.... tak jauh
daripada kuda. Anda mempunyai 3 pilihan:
(i) lari dan bersembunyi di dalam peti?
(ii) lari dan bersembunyi di bawah jambatan?
(iii) lari ke kuda, naik dan terus pergi?


Berikut adalah tafsiran:
(1) dengan siapa anda berjalan merupakan orang yang paling dekat dan rapat di hati anda.

(2) haiwan yang anda jumpa simbolik kepada masalah yg anda hadapi. saiz haiwan yang besar menunjukkan anda menganggap sesuatu masalah itu besar

(3) tindakan anda kepada haiwan merupakan tindakan anda kepada masalah yang anda hadapi. kalau anda lari dari haiwan maksudnya anda memang suka lari dari masalah

(4) kunci
1 - kamu punya satu teman baik dalam hidup anda
2-5 - anda mempunyai beberapa teman baik dalam hidup anda
6-10 - anda punya banyak teman baik

(5) rumah
berpagar : close-minded
tidak berpagar : open minded

(6) pintu
terbuka : senang berkongsi dan bercerita masalah atau diri kepada orang lain
tertutup : tak suka bercerita dan rela memendam nye

(7) Meja
Bulat / oval - teman yang datang, anda akan menerima dan mempercayai mereka sepenuhnya
Persegi - anda sedikit lebih cerewet tentang kawan-kawan dan hanya boleh geng dengan orang yang anda fikir sama frekuensi sahaja
Segitiga - kamu benar-benar sangat sangat pilih-pilih teman-teman dan tidak ada banyak kawan dalam hidup anda

(8) Pasu
Kosong - cita-cita dan keinginan hidup anda tidak terpenuhi
Setengah penuh - apa yang anda inginkan dalam hidup anda adalah setengah dah

tercapai
Penuh - hidup anda benar-benar terpenuhi dan baik untuk kamu!

(9) kaca / tanah liat / seramik - kamu lemah dalam hidup anda dan cenderung menjadi rapuh
logam / plastik / kayu - and kuat dalam hidup anda

(10) air terjun
0 - tidak ada dorongan seksual sama sekali
1-4 - ghairah seks rendah
5 - ghairah seks sederhana
6-9 - ghairah seks tinggi
10 - ghairah seks sangat tinggi ...

(11) Saiz kotak:
kecil - ego rendah
menengah - ego sederhana
besar - ego tinggi

(12) material peti:
cupboard/ kertas / kayu (non-bersinar) - rendah hati
kepribadian
logam - bangga diri

(13) Adapun material jambatan:
jambatan logam - punya ikatan yang sangat kuat dengan teman-teman anda
jambatan kayu - hubungan sederhana dengan rakan-rakan anda
rotan - anda tidak berada dalam hubungan baik dengan teman-teman

(14) Warna kuda:
putih - pasangan anda adalah murni dan baik dalam hati anda.
kelabu / coklat - pasangan anda sederhana di hati.
hitam - pasangan anda sepertinya tidak begitu baik di hati dan tampaknya menjadi pertanda buruk.

(15) tindakan kuda:
diam dan tenang / menggigit rumput - pasanganmu adalah sangat sederhana dan rendah hati.
berlari-lari - pasangan anda adalah liar dan agak sukar dikawal

(16) Ini yang terakhir tapi yang paling penting bagian dari ujian ini.
Dari bagaimana saya menamatkan cerita ... pendekatan tornado ...
Apa yang akan kamu lakukan? Hanya ada 3 pilihan:
(i) lari dan bersembunyi di dalam peti?
(ii) lari dan bersembunyi di bawah jambatan?
(iii) lari ke kuda, naik dan pergi?

Apa yang akan anda pilih?
Sekarang, di atas ini ditandai dengan hal-hal ini:
Tornado - masalah dalam hidup anda
peti - anda
Jambatan - kawan-kawan anda
Kuda - pasangan

(i) Jadi, jika anda memilih kotak, anda bergantung kepada diri sendiri setiap kali anda menghadapi masalah.
(ii) atau jika anda memilih jambatan, anda akan pergi ke kawan-kawan setiap kali anda menghadapi masalah.
(iii) atau yang terakhir jika kamu memilih kuda, anda mencari pasangan anda setiap kali anda menghadapi masalah.

Adakah ia benar-benar melambangkan diri anda? fikir-fikirkan...

TANDA-TANDA LELAKI JATUH CINTA

Ingin tahu tanda-tanda lelaki kalau sedang jatuh cinta berat? Begini
katanya….
1. Dia bersungguh-sungguh melakukan sesuatu untuk kekasihnya dengan rela bukankarena terpaksa.
2. Dia sentiasa ingin menghibur kekasihnya..3. Dia banyak menasehati kekasihnya karena dia amat menyayanginya.
4.. Dia berusaha mengukung kebebasan kekasihnya karena perasaa cemburunya yang meluap-luap.
5. Dia sentiasa takut kehilangan kekasihnya.
6. Dia selalu mengawasi gerak-gerik kekasihnya karena dia sentiasa merasa curiga.7. Dia tidak suka ada lelaki lain mendekati kekasihnya.
8. Dia mudah merasa cemburu dan sensitif apabila kekasihnya tidak menumpahkanseluruh perhatian kepadanya.
9.. Adakalanya dia seperti seorang anak kecil yang meminta perhatian karena dia mau kekasihnya melayaninya lebih dari orang lain.
10. Dia menjadi orang yang paling rajin dan sanggup membantu kekasihnya melakukan apa saja.
11. Dia kadang suka merajuk karena ingin dipujuk oleh kekasihnya.
12. Dia akan merasa sengsara apabila berjauhan dengan kekasihnya terlalu lama.
13. Dia selalu mempastikan keselamatan kekasihnya.
14. Dia akan lebih mementingkan kekasihnya daripada dirinya sendiri.
15. Dia kerap bertanya apakah kekasihnya mencintainya karena dia merasa cintanyalebih kuat daripada kekasihnya.
16. Dia tidak akan mempedulikan wanita lain apabila tidak ada urusan pentingdengannya.
17. Dia coba meluangkan lebih banyak waktu dengan kekasihnya.
18. Dia membanggakan kekasihnya di depan orang lain.
19. Jika ditinggalkan oleh kekasihnya, ia akan merasa sangat sedih dan tidak akan percaya lagi deangan cinta wanita lain. Namun dia sentiasa mengharap kekasihnya kembali padanya.
20. Apabila ada orang ketiga, dia akan kehilangan akal sehatnya dan sanggup berbuat apa saja untuk merebut kembali kekasihnya.
21. Dia menganggap kekasihnya sebagai orang yang paling dipercaya dansanggup menyerahkan harta maupupun nyawanya sendiri.
22. Dia tidak akan berlaku curang kepada kekasihnya. Namun jikalau dia berbuat demikian itu berarti hatinya belum 100 % mencintai kekasihnya.
23.. Tidak semua laki-laki sanggup meneteskan airmata hanya untuk seorang wanita.

Hargailah insan bergelar lelaki…

Friday, April 8, 2011

Cerpen Cinta : Cemburu

Alia nampak dengan jelas, gadis itu keluar dari perkarangan rumah Ikwan. Alia juga nampak Ikwan menghantar gadis cantik itu dengan lambaian dan senyuman yang ranum. Kata Ikwan, gadis itu adalah kawan kecilnya. Tapi sejak gadis itu datang, Ikwan kian menjauh darinya, Ikwan kerap keluar bersama gadis itu. Hati Alia sakit!

Ikwan jarang menelefonnya kini. Malah, kalau Alia call di rumah, selalu saja keluar. Handsetnya juga selalu suruh tinggalkan pesanan suara saja, bila ditanya kenapa, kata Ikwan habis bateri. Takkan sepanjang minggu habis bateri? Kalau dapat call pun Ikwan cakap sikit saja dengannya. Seolah tidak ada lagi topik yang menarik hendak di kongsikannya bersama Alia. Alia rasa bahang perubahan sikap Ikwan. Gara-gara kehadiran gadis cantik yang pulang dari London itu. Kononnya kawan lama, entah-entah kekasih lama!
“Gadis tu kan baru je datang dari luar negara, lagi pun mereka memang sahabat rapat dari kecil, memanglah banyak yang nak dibualkan setelah sekian lama tidak berjumpa.” Alia mahu percaya kata-kata Nina yang memujuknya itu. Tapi cemburu dihati Alia masih juga meronta-ronta tak mahu kalah. Tak boleh jadik nih!
“Tapi Nina.. Wan dah berubah! Dia macam dah lupakan Lia.. macam dia dah malas nak jumpa atau sekurang-kurangnya berbual dengan Lia.. sejak kedatangan kawan baiknya yang cantik tu!” Geram Alia bila teringatkan gadis itu. Sakit hati Alia bila terbayang wajah cantik itu. Memang dia benar-benar cantik! Hidungnya lebih mancung dari Alia, kulitnya putih dan halus. Bukan seperti Alia yang berkulit sowo matang. Matanya besar dihiasi bulu mata yang panjang dan lentik serta keningnya hitam lebat. Pipinya gebu dan licin macam kulit tomato. Bibirnya mungil dan merah jambu tanpa perlu disapu gincu. Rambutnya pula panjang lurus separas dada. Hati lelaki mana yang tidak tertawan. Alia tahu beza antara dia dan gadis itu bagaikan langit dengan bumi.
Alia pandang ke dalam cermin, pantulan dari cermin memaparkan wajahnya yang masam mencuka. Dia lihat keningnya yang nipis, matanya yang kecil dan bulu mata yang pendek. Kulitnya tidak sehalus dan segebu gadis itu. Bibirnya pucat saja. Kalau tidak memakai gincu langsung tidak menarik. Alia mula bencikan rupanya! Dia ingin kelihatan cantik, lebih cantik dari gadis itu!
Alia bandingkan pula dirinya dengan gadis itu, dia hanya mendapat Diploma dalam bidang Pengurusan dan sekarang jadi kerani biasa di sebuah syarikat swasta. Gadis itu pula baru habis belajar di luar negara dengan gelaran Sarjana Muda Undang-undang. Kalau dapat kerja nanti, pasti gajinya menjangkau angka dua ribu. Ah! Gadis itu umpama permata yang berharga, manakala Alia bagai pasir yang bertaburan dijalanan. Alia mengeluh lagi.
“Pasti Ikwan tidak berminat untuk bersamaku lagi.. Ikwan sudah menjumpai gadis yang sesuai dengan dirinya..” kata Alia sendirian. Alia sedar, Ikwan tidak setaraf dengannya, lelaki itu berkerja sebagai Timbalan Eksekutif di syarikat ibunya. Mereka adalah golongan berada, bukan macam Alia yang sederhana. Namun hati Alia masih berharap, dia berharap Ikwan akan kembali mesra seperti dulu. Alia ingat perkenalan mereka yang singkat tapi bermakna.
“Encik Haris ada?” itulah kata-kata Ikwan ketika masuk ke pejabatnya untuk menemui bos Alia, yang merupakan pelanggannya.
“ Emn.. dia keluar sekejap! Ada apa-apa yang saya boleh bantu?” ujar Alia sambil mengkagumi rupa paras lelaki yang berdiri didepannya. Ikwan kacak sekali. Senyumannya lembut dan suaranya lunak.
“Emn.. tak apalah! Biar saya tunggu dia..”
“Oh.. kalau begitu.. silakan..”
Ikwan duduk di meja menunggu yang menghadap meja Alia, Alia sesekali melirik pada Ikwan yang membelek-belek majalah yang tersedia di atas meja itu. Bila sedar dirinya diperhatikan, Ikwan melemparkan senyuman menawannya. Alia jadi tersipu malu. Tidak lama kemudian bosnya Encik Haris kembali. Ikwan segera masuk ke bilik pejabat Encik Haris.
Waktu tengahari, Alia turun makan di restoran berhampiran, ketika Alia menunggu pesanannya, tiba-tiba satu suara menyapa.
“Boleh saya join kamu?”
Alia agak terkejut bila melihat Ikwan berdiri di tepi mejanya.
“Semua meja telah penuh..” ujarnya lagi dengan senyumannya yang mencairkan hati Alia. Alia agak tergagap tetapi mempersilakan Ikwan duduk semeja dengannya. Mereka mula berbual dan memperkenalkan diri masing-masing. Mula-mula perbualan mereka agak lembab, tapi Ikwan pandai berjenaka. Alia tak henti-henti ketawa dibuatnya. Ikwan menyerahkan kad namanya pada Alia, dia juga membayar semua harga makanan.
“Terima kasih, belanja saya makan..” ujar Alia sebelum mereka berpisah.
“Call saya kalau ada masa..” laung Ikwan sebelum pergi. Alia menggangguk. Hatinya berbunga riang.
Sejak hari itu, mereka kerap berhubung. Ikwan selalu bercerita tentang apa saja dengannya. Ikwan akan meluahkan apa saja yang ingin dikongsikannya pada Alia. Lama kelamaan hubungan Alia dengan Ikwan menjadi erat. Putik-putik cinta bersemi. Ikwan melamar cintanya pada hari lahirnya yang ke dua puluh lima tahun. Dengan sejambak bunga, kek harijadi dan seutas rantai. Alia tidak akan lupa betapa bahagianya hati wanitanya hari itu. Bagaikan seorang puteri yang mencapai impiannya.
Tapi itu dulu, sebelum kehadiran gadis cantik yang baru pulang dari luar negara. Kini Ikwan semakin sibuk. Dia tidak ada masa untuk menghubungi Alia. Dia sudah ada teman lain untuk berkongsi cerita mahu pun masalah. Kalau dulu, Alialah tempat mengadu bila hatinya resah atau terlalu penat dengan kerja, kini ada gadis lain yang mengambil alih peranan itu. Alia semakin terkilan.
***************
Alia tidak menghubungi Ikwan lagi selepas dia ternampak gadis itu keluar dari rumah Ikwan. Alia tidak mahu menjadi muka tembok yang tidak tahu malu. Biarlah Ikwan menghubunginya jika lelaki itu masih ingat padanya. Alia ingin menganggap hubungannya dengan Ikwan sudah berakhir.
Dia mengambil keputusan itu setelah memikirkannya masak-masak. Walau pun tiada kata putus antara mereka, Alia lebih rela daripada mendengar kata perpisahan dari mulut Ikwan. Namun setelah dua minggu, Ikwan tidak juga menghubunginya. Hati Alia semakin remuk redam.
“Hai Lia.. mendung je muka kamu kebelakangan ni..” Sapa Harun, rakan sekerjanya.
“Kau jangan sibuklah!!”
“Eh! Marah?” Sakat lelaki itu lagi. Alia tarik muka masam. Dia memang selalu bermuram durja gara-gara hubungannya dengan Ikwan yang dingin itu.
“Aku bukan apa Lia.. tapi sebagai kawan, aku kesian juga tengok kau ni.. badan pun dah susut.. kau makan hati ya?”
Harun bersuara lagi. Alia tantang muka Harun dengan tajam. Dia tidak suka orang lain masuk campur dalam hal peribadinya.
“Aku dah lama tahu hubungan kau dengan Encik Ikwan tu.. aku rasa baik kau lupakan saja dia tu.. aku rasa kau pun tahu, Helina sudah balik dari luar negara. Si cantik tu akan bertunang dengan encik Ikwan tak lama lagi.” Lancar benar Harun menceritakan hal itu. Darah Alia rasanya tersirap hingga ke umbun-umbun. Dia tidak menyangka hubungan Ikwan dengan gadis cantik itu sudah sampai ke tahap bertunang.
“Dari mana kau dapat tahu semua ni Harun?” tanya Alia was-was. Betul ke budak Harun ni? Banyak sangat dia tahu tentang Ikwan.
“Kau hairan? Aku sepupu Helina, memang la aku tahu banyak tentang dia dan Ikwan..” Sahut Harun dengan yakin. Alia tertunduk, matanya mulai terasa panas. Ada manik-manik jernih yang bertakung dibibir matanya. Sampai hati Ikwan!
Hendak bertunang pun Ikwan tidak memberitahunya.
“Mereka dijodohkan oleh keluargakah?” tanya Alia lagi. Dia berharap Ikwan berbuat demikian kerana terpaksa. Alia enggan menerima hakikat kalau Ikwan benar-benar mengkhianati cintanya!
“Sudahlah Alia.. jangan berharap lagi! Helina tu memang kekasih dia.. sebelum kau bersama Ikwan lagi.”
Hati Alia hancur berkecai mendengar kebenaran itu. Jadi selama ini Ikwan menipunya. Selama ini dialah pihak ketiga. Dia hanya sebagai boneka Ikwan kala Helina tidak ada bersama. Cuma sandaran sementara saja! Patutlah Ikwan tidak memperkenalkannya pada Helina bila Helina baru pulang. Ikwan kata kawan sepermainannya dari kecil lagi baru pulang dari luar negara. Tapi sedikit pun dia tidak bersuara untuk memperkenalkan Alia pada gadis itu, jadi memang benarlah Helina adalah kekasih lama seperti jangkaan Alia!
Sakit hati Alia terasa semakin dalam. Jantungnya seakan ditikam-tikam dengan pisau yang amat tajam. Dia benci Ikwan. Dia benci Helina! Mengapa mereka melukakan hatinya. Mengapa Ikwan mencambahkan cinta dihatinya, tapi kini dengan kejam membunuh cinta itu tanpa belas kasihan!
“Kenapa dia tidak beritahu aku?” kata Alia seolah-olah bertanya pada Ikwan.
“Entahlah Lia.. dia mungkin takut kau akan berjumpa Helina dan mengaku sebagai kekasihnya.. pasti hubungannya dengan Helina akan terjejas jika itu berlaku..”
Ada benarnya juga kata-kata Harun itu, patutlah Ikwan enggan dihubungi. Dia takut rahsia hubungannya dengan Alia terbongkar.
“Harun.. aku nak cuti setengah hari, hari ini.. tolong bagitau Encik Haris, katakan aku tak sihat..” Alia mengemas mejanya. Dia ingin pulang ke rumah dan menangis sepuas-puasnya. Dia ingin meraung dan menjerit untuk melepaskan kesakitan yang sarat berbuku didadanya. Harun mengangguk. Dia kelihatan amat bersimpati dengan Alia.
Alia segera mengambil telefon bimbitnya dan mendail nombor Zarul, adik sepupunya. “Kakak ni.. tolong ambil kakak di pejabat!” kata Alia sebaik saja talian disambungkan.
“Ai! Awalnya.. ada apa hal kak?”
“Kakak tak sihat hari ni.. kau di mana sekarang?”
“Saya masih di bandar ni.. ada temuduga pukul 11.00 a.m., habis temuduga nanti saya ambil kakak macam mana?”
Alia mengeluh. Dia ingin segera pulang ke rumah. Tapi Zarul pula sibuk. Adik sepupunya itu baru tamat belajar dan sedang mencari kerja. Dia dihantar dari kampung oleh ibubapanya untuk tinggal bersama Alia sementara mendapatkan pekerjaan. Zarul akan menghantar dan mengambilnya dari kerja setiap hari. Alia baru saja membeli sebuah kereta kancil tapi dia tidak mempunyai lesen memandu. Nasib baiklah Zarul sudah mendapatkan lesen memandu, secara tidak langsung Zarul menjadi pemandu sementara kepada Alia yang baru memohon lesen memandu dan masih dalam proses pembelajaran.
“Tak apalah! Kakak naik bas saja..”
“Eh! jangan lah..! Zarul datang sekarang..”
“Kan kau nak temuduga.. nanti terlewat pula.. sekarang dah pukul 10.30 a.m..”
“Alah.. masih sempat!” Talian terus diputuskan. Alia mengeluh. Zarul berkeras mahu menghantarnya pulang meski pun dia ada temuduga. Alia terpaksa menunggu. Beberapa minit kemudian terdengar bunyi hon di luar. Alia segera keluar dan masuk ke perut kereta.
“Tengok.. sudah pukul 10.40am.. mana sempat!” ujar Alia sambil menunjukkan jam tangannya pada Zarul.
“Sempat.. bukannya jauh!” balas Zarul sambil ketawa kecil.
“Ha.. nak bawa laju lah tu! Zarul.. kakak rasa baik Zarul pergi tempat temuduga tu, kakak tunggu di kereta.” Cadang Alia.
“Emn.. idea yang baik..” Zarul setuju. Kereta segera meluncur ke tempat yang dituju.
“Eh! Kau temuduga di sini?”
Zarul angguk. Alia kenal benar dengan bangunan itu. Bangunan itu adalah milik ibu Ikwan. Jadi Zarul pergi temuduga di syarikat milik keluarga Ikwan. Alia benar-benar tidak senang hati!
“Zarul kejap saja.. kakak tunggu ya!” Zarul bergeges masuk ke dalam bangunan itu.
Alia mendengar radio sementara menunggu Zarul masuk ke dalam. Tiba-tiba sebuah kereta masuk parking benar-benar di sebelah keretanya. Alia macam kenal kereta itu, dia menoleh memandang pemandunya. Alia tersentak, Ikwan! Lantas Alia berpura-pura tidak melihat Ikwan. Alia menundukkan kepalanya sambil membaca surat khabar yang dibeli Zarul. Bila Alia sudah pasti Ikwan telah pergi barulah Alia tercangak-cangak mencari kelibat lelaki itu. Perasaannya bercampur baur. Dia pun tidak tahu mengapa dia mengelakkan diri dari bersemuka dengan Ikwan. Biarlah hubungan mereka berlalu bagai angin yang datang menyapanya untuk seketika. Rasanya tak perlu lagi Alia hendak berperang besar dengan Ikwan atau Helina. Alia sedar siapa dirinya. Kalau nak rajuk biar pada yang sayang, kalau orang dah tak sudi buat apa Alia nak terhegih-hegih menagih perhatian Ikwan. Namun jauh di sudut hati Alia, dia merasa cukup pedih dan sengsara. Cinta yang mekar di hatinya itu bukannya mudah hendak dibuang dalam sekelip mata!
Ketika dia sibuk merenungi nasib diri, tiba-tiba Zarul muncul mengetuk cermin kereta. Di belakangnya kelihatan Ikwan yang memandangnya dengan wajah penuh misteri. Alia segera membuka tingkap.
“Kakak.. saya telah diterima bekerja di sini.. emn! Ni lah bos saya.. katanya nak jumpa kakak..” kata Zarul sambil tersenyum simpul. Hati Alia menjadi tidak keruan. Dia memandang muka Zarul dan Ikwan silih berganti.
“ Emn.. boleh kita cakap sendirian..?” Kata Ikwan dengan tenang.
Alia terasa lidahnya kelu. Dia yakin, Ikwan mahu berterus terang dengannya kini. Terasa air mata mula bertakung di bibir matanya. Alia mengangguk perlahan.
“Lia naik kereta Wan?” Ikwan membuka pintu keretanya. Alia angguk lagi. Dia segera keluar dari kereta kancilnya dan masuk ke dalam kereta Honda Ikwan.
“Zarul balik dulu lah!” kata Alia pada Zarul. Zarul agak kehairanan kerana bakal bosnya mengajak kakak sepupunya masuk ke dalam keretanya pula. Tapi Zarul tidak membantah. Dia masuk ke dalam kereta dan beredar.
“Kita pergi tempat biasa?” kata Ikwan lembut. Alia tidak menyahut. Dia hanya terbayang puncak bukit di mana mereka selalu menghabiskan masa bersantai di situ. Dengan membawa sedikit bekalan, mereka seolah-olah berkelah di puncak bukit itu. Tapi itu dulu, sebelum kehadiran Helina. Alia yakin, Ikwan hendak bercakap tentang hubungan mereka pada hari ini. Mungkin hari ini adalah hari terakhir mereka mengunjungi puncak bukit yang indah itu.
“Kenapa diam?”
Alia menoleh memandang Ikwan. Ikwan melirik padanya sambil terus memandu. “ Emn.. tak ada apa..” Sahut Alia malas.
Sebenarnya dia mahu meluahkan segala yang berbuku di hatinya. Dia mahu tanya tentang Helina dan mengapa Ikwan merahsiakan hubungannya dengan Helina selama ini. Alia ingin sekali mengamuk dan meradang atas sikap Ikwan yang mempermainkan hati dan perasaannya. Namun, Alia hanya membisu, dia tidak tahu hendak berkata apa kepada Ikwan. Cintanya pada Ikwan begitu dalam dan Alia pasrah jika terpaksa mendengar khabar buruk itu hari ini.
Sepuluh minit kemudian mereka sampai di puncak bukit. Suasana tenang dan dingin. Tapi hati Alia semakin ketakutan. Takut menghadapi kata-kata perpisahan dari Ikwan. Ikwan kejam kerana mempermainkan harga dirinya. Alia tidak mahu kelihatan bodoh dengan mengamuk atau melenting pada Ikwan yang nyata menjadikannya sebagai boneka mainan. Itulah tekad Alia. Alia ingin terus bersabar!
“ Kenapa diam saja dari tadi Lia..?” tanya Ikwan lagi. Dia memandang mata Alia seolah-olah mencari-cari sesuatu di situ. Wajah Alia muram saja. Tidak ada apa-apa di matanya kecuali kedukaan.
“Cakaplah apa yang Wan nak cakap..” ujar Alia membuang pandangannya dari wajah Ikwan. Ikwan menarik nafas berat. Sukar untuk memulakan kata-kata.
“ Wan tahu, Alia kecil hati kerana Wan seolah-olah menjauhkan diri dari Lia.. maafkan Wan..” Ikwan mula membuka kata-kata. Alia mengigit bibir menahan sendu di hatinya.
“Lia pun tidak mahu menghubungi Wan lagi.. Lia juga seolah-olah tidak mahu ambil tahu tentang Wan lagi..” Sambung Ikwan.
Alia terus membisu, dia enggan berkata apa-apa. Biarlah Ikwan menyampaikan kata-kata terakhirnya sebelum mereka berpisah. Alia bersiap untuk mendengar kebenaran yang pasti menyakitkan itu.
“Biarlah Wan berterus terang dengan Lia…”
Alia segera membelakangkan Ikwan. Dia tahu apa yang bakal didengarnya. Airmatanya sudah luruh. Ikwan tidak menyedari airmata itu kerana Alia segera menyembunyikan wajahnya dengan menghadap hutan yang tebal.
“ Wan..” suara Alia serak. “ Boleh tak Wan tak payah cakap apa yang Wan nak cakap..” Alia masih membelakangi Ikwan. Suaranya bergetar, Ikwan mula perasan ada pergolakan dalam perasaan Alia. Dia ingin sekali memujuk.
“ Lia.. Wan tahu Lia merajuk! Wan tahu Wan salah.. Kita berdamai o.k?”
Alia segera berpaling ke arah Ikwan. Ikwan terharu melihat airmata Alia yang bercucuran itu. “Sampai hati Wan.. Lia tahu Lia tak sepadan dengan Wan, tapi kenapa Wan tak terus terang dengan Lia? Sepatutnya Wan tak perlu minta maaf dengan Lia.. biarkan saja Lia! Kawin sajalah dengan kekasih hati Wan tu.. sampai hati Wan permainkan perasaan Lia..” Tersembur keluar semua yang berbuku dihatinya. Wajah Ikwan nampak terkejut.
“Kenapa? Wan tak sangka Lia sudah tahu hubungan Wan dengan Helina? Wan fikir Lia tak tahu Wan nak bertunang dengannya? Cukuplah Wan.. jangan nak siksa hati Lia lagi..” Ucap Alia separuh menjerit. Ikwan tercengang memandangnya.
“ Mana Lia dapat cerita ni?”
“ Itu tak penting.. yang penting mengapa Wan permainkan perasaan Lia.. kenapa Wan mahu bersama Lia sedangkan Wan dah ada Helina..”
“ Lia.. Lia.. Lia! Wan tak faham.. mana Lia dapat cerita Wan nak tunang dengan Helina, sumpah Lia! Dia cuma kawan baik Wan dari kecil lagi. Dia bukan kekasih Wan!”
Alia mula diam, tangisnya reda mendengar kata Ikwan. Mereka berpandangan.
“Betul..?” tanya Alia sambil mengesat airmatanya. Ikwan angguk.
“Tapi kenapa Wan tak kenalkan Lia dengan dia? Kenapa Wan jauhkan diri sejak dia datang?” Wan tarik nafas berat. Dia melangkah ke keretanya dan mengambil sesuatu.
“Nah!”
Beberapa keping gambar dihulurkan kepada Alia. Alia membelek semua gambar itu. Semuanya gambar dia bersama Zarul, ketika dalam kereta, di jalan raya dan di perkarangan rumah.
“Kenapa ada gambar Lia dan Zarul..?” tanya Alia tidak faham.
“Kerana gambar inilah Wan menjauhkan diri dari Lia.. beberapa minggu lepas, satu surat dikirimkan pada Wan. Dalam surat itu ada gambar Lia dan Zarul. Kononnya Zarul adalah tunang Lia.. Lia telah ditunangkan oleh keluarga Lia.. Wan pun frust la bila dapat tahu..” cerita Ikwan dengan tenang.
“Tapi kenapa Wan tak tanya pada Lia?” Kata Alia dengan wajah yang lebih cerah. Sisa-sisa airmata sudah hilang.
“Itulah silap Wan! Wan mahu Lia sendiri yang berterus terang dengan Wan.. tapi Lia sikit pun tidak cakap apa-apa, Zarul tinggal serumah dengan Lia .. tapi sedikit pun Lia tidak memberitahu Wan.. tentulah Wan salah faham. Wan geram, marah dan benci pada Lia sebab tu Wan malas nak layan Lia.. malas nak sambut call Lia.. Manalah Wan tahu Zarul tu adik sepupu Lia.. mujurlah dia datang temuduga tadi, Wan masih cam muka Zarul dalam gambar tu. Wan memang nampak Lia dalam kereta tunggu Zarul tadi, tapi Wan tak tegur Lia kerana Wan masih salah faham dengan Lia, tapi lepas temuduga Zarul tadi, Wan tanya Zarul siapa gadis yang tunggu dalam kereta? Barulah Wan tahu Zarul adalah adik sepupu Lia.. barulah Wan tahu selama ni Wan salah faham dengan Lia.. Wan nak minta maaf, Lia?”
Alia termangu mendengar cerita Ikwan. Rupanya ada kisah yang diluar jangkaannya. Siapa pula yang mengambil gambarnya dengan Zarul dan mengatakannya bertunang? Alia keliru.
“Wan tak tunang dengan Helina?”
“Sumpah tidak! Siapa yang cakap ni..”
“Harun.. sepupu Helina! Katanya Wan memang kekasih Helina sebelum Wan bersama Lia lagi.. katanya tak lama lagi Wan akan bertunang dengan Helina.. Lagi pun Wan semakin menjauhkan diri dari Lia sejak dia datang..” jelas Alia. Dia mula ragu dengan kata-kata Harun.
“Mestilah Wan jauhkan diri dari Lia masa tu, sebab Wan marah pasal gambar Lia dengan Zarul.. Wan malas nak kenalkan Lia dengan Helina kerana masa tu Wan benar-benar salah sangka pada Lia.. maaf ye sayang..” Ikwan menarik tangan Alia dan memandang tepat ke matanya. Alia angguk sambil menarik nafas lega. Dia menyangka Ikwan hendak memutuskan hubungan tapi kini sebaliknya.
“Memang benar Harun tu sepupu Helina, tapi hairan mengapa dia nak menghancurkan hubungan kita pula?” Kata Ikwan penuh tanda tanya. Alia angkat bahu. Kini hatinya lega. Gadis cantik itu ternyata tidak ada apa-apa hubungan cinta dengan Ikwan. Rupanya semua masalah itu hanyalah salah faham dan fitnah orang lain. Cemburunya pada gadis itu hilang serta merta.
“Dan hairan.. siapa pula yang ambil gambar Lia serta hantar kat Wan? Sudah jelas ada orang yang mahu musnahkan hubungan kita?” Kata Alia pula.
“Ya! Mungkin Harun juga?” Alia mengganguk tanda setuju dengan kata-kata Ikwan itu. mereka berpandangan. Saling tersenyum. Mereka tidak peduli apakah motif Harun, yang paling penting kini mereka sudah kembali bersama.
“Maaf ya?” tanya Ikwan sekali lagi.
“Lia juga..” Balas Alia.
“Sia-sia saja Wan bencikan Lia.. tahu-tahu cuma salah faham..” Kata Ikwan sambil ketawa kecil. Teringat akan sikapnya beberapa minggu yang lepas. Seluruh isi rumah menjadi tempatnya melepaskan marah. Berbakul-bakul leteran ibu kepadanya kerana sikapnya menjadi garang tidak tentu pasal. Anak-anak buahnya di pejabat pun tidak berani curi tulang, takut pada Ikwan yang tidak semena-mena bertukar angin. Bos yang dulunya peramah dan mesra menjadi bengis tak menentu. Pantang silap sikit adalah yang kena marah! Semuanya pasal gambar yang diterimanya itu. Helina pun selalu merungut dengan perangainya yang selalu berubah angin. Hendak berlawak jenaka pun susah. Kalau senyum pun bagaikan terpaksa!
“BenarkahWan bencikan Lia?” Tanya Alia menduga.
“ Ya! Benci sangat.. benci tapi rindu..ha ha ha.. merana betul Wan menanggung rindu tidak jumpa Lia beberapa minggu. Kadang-kadang Wan harap Lia akan call atau SMS Wan.. tapi bila buka handset.. sunyi saja..” luah Ikwan tentang perasaannya ketika musim dingin hubungan mereka.
“Lia juga.. nak call Wan.. tapi teringat Helina mungkin sedang bersama Wan..” Ujar Alia pula, mereka tertawa bersama. Rupanya mereka sama saja, cemburu buta!
“Zarul cakap Lia tak sihat? Minta hantar balik rumah..” tanya Ikwan dengan muka bimbang. Muka Alia memang pucat saja tadi.
“Emn..” Alia tersenyum nipis. Kini dia kelihatan berseri-seri.
“Lia sakit apa?” tanya Ikwan lagi sambil sentuh dahi Alia.
“Sakit hati..” jawabnya dengan menahan senyum.
“Oh.. rupanya! Sakit hati kenapa boleh senyum?” ujar Ikwan setelah mendapat tahu. Dia turut senyum meleret. Alia hanya menolak bahu Ikwan dengan manja. Ikwan tertawa melihat riaksi Alia.
“Lia..” Panggil Ikwan dengan suara romantis. Alia mendongak ke arah wajah lelaki yang dicintainya itu. Rindu benar hatinya pada Ikwan. Mujurlah semuanya sudah berubah baik.
“Emn..”
“Jom kita kawin?”
Mata Alia terbelalak. Dia menatap wajah Ikwan minta kepastian akan lamaran yang tiba-tiba itu.
“Kenapa? Tak sudi?”Tanya Ikwan lagi.
“Wan lamar Lia?” Angguk.
“Bunga? Cincin? Takkan nak lamar macam ni saja?” usik Alia dengan senyum nakal. Ikwan ketawa besar. Dia menarik Alia masuk ke dalam keretanya. Alia kehairanan.
“Jom kita pergi beli bunga dan cincin!!” balas Ikwan sambil masuk ke dalam perut kereta. Kereta meluncur laju menuju ke bandaraya.
“Mulai saat ini.. kalau ada apa-apa masalah, kita mesti bincang! Jangan simpan sendiri dalam hati.. o.k?” bisik Ikwan sambil memimpin tangan Alia menuju ke kedai bunga terhampir. Alia mengangguk. Wajahnya penuh dengan senyuman bahagia. Dugaan seperti itu mungkin datang lagi. Tapi kalau saling cinta menyintai, kalau saling kasih mengasihi dan kalau saling mempercayai antara satu sama lain, apa pun dugaannya pasti dapat diredah bersama. Ternyata dugaan cinta itu berlalu juga!

Nukilan Mayang

Tuesday, April 5, 2011

Kerana Kau Mata Hatiku ...

Hari ini aku pulang dari kerja agak awal dari biasa. Memandangkan hari masih awal, aku mengambil kesempatan untuk berjalan-jalan di sekitar ibu kota. Sekadar melepaskan penat bekerja seharian. Hmm...sudah lama aku tidak berkesempatan mengambil angin seperti petang ini. Seronok pula rasanya walaupun manusia sentiasa memenuhi segenap ruang disana sini. Sedang aku leka melihat barang-barangan yang dijual di sekitar Masjid India, aku terlihat sekumpulam manusia sedang leka berkerumun melihat sesuatu. Pastinya sesuatu yang menarik!
Terdetik juga dihati ini ingin melihat apakah yang melekakan mereka semua sehingga langsung tidak berganjak dari tempat mereka berdiri. Entah mengapa hatiku semakin kuat meronta-ronta ingin melihat apabila orang ramai yang mengerumuni bertepuk tangan. Seolah-olah mereka sedang melihat ahli silap mata membuat magic. Aku juga pelik dengan perasaanku yang tiba-tiba ini. Mungkin ianya sesuatu yang menarik? Mungin juga...siapa tahu.
Ketinggian yang ku miliki langsung tidak membantu ku melihat. Puas ku cuba berasak-asak dengan mereka yang lain. Harapanya dapatlah ku kehadapan bagi melihat dengan jelas lagi ‘panorama’ didepan sana. Namun, hanya bau-bauan yang tidak tertahan menghidangi hidungku ini. Masam...masin... manis...semua ada!
Tidak mahu mengalah, aku bergerak ke sebelah kanan pula. Ya! Dari sini aku nyata boleh melihat dengan jelas. Namun apa yang terpampang dihadapanku hanyalah perkara biasa... seorang pelukis jalanan yang sedang tekun melukis potret seorang wanita. Dikelilingnya juga penuh dengan lukisan potret pelbagai wajah.
Memang tidak disangkal, lukisan-lukisan nya semua tampak hidup. Cantik! Tapi apa yang dipelikkan? Di sekitar bandar raya ini juga setahu ku terdapat ramai lagi pelukis jalanan. Namun, tidaklah terlalu mendapat perhatian seperti pemuda ini.
Apa istimewanya lelaki ini? Adakah wajahnya kacak sehingga meraih perhatian? Tapi serasaku tidak logik pula. Kalau benar pun pemuda itu terlalu kacak, pastinya dia hanya mendapat perhatian gadis-gadis saja. Namun kini bukan saja para gadis, ‘mak-mak’ dan ‘bapa-bapa’ juga turut setia melihat.
Takkan orang KL tak pernah tengok orang melukis potret??? Ada baca ayat ‘guna-guna’ ke??? Alamak...terlebih sudah! Hehehe. Aku cuba mengintai wajah pemuda itu tapi gagal kerana kedudukannya membelakangi ku. Yang kelihatan hanyalah lukisan potretnya yang hampir sempurna siap.
Selagi aku tidak melihat wajah pemuda itu dan keistimewaanya, hatiku ini tidak akan puas. Mungkin bukan rezeki ku hari ini.Esok aku akan datang lagi...
***
“Lewat kau balik, Wan?” Hadi yang melihat sahabatnya itu terkial-kial membawa perkakas lukisan ditangan turun membantu.
“Hmm...ramai sangat pelanggan tadi. Tak menang tangan aku...” Ikhwan menghela nafas. Penat siang tadi masih belum hilang.
“Yeke? Alhamdulillah...murah rezeki kau, Wan.” Hisyam yang sedang leka menonton drama Impak Maksima, menyampuk.
“Alhamdulillah. Aku pun tak sangka di bandar besar macam ni masih ada rezeki menanti untuk orang macam aku ni.” Wajah Ikhwan berubah mendung.
Melihat akan perubahan di wajah sahabat mereka itu, Hadi dan Hisyam mendekati. Mereka tahu apa yang difikirkan Ikhwan itu.
“ Wan, dahlah tu. Sebagai hamba Allah, kau kena redha dengan Qada dan Qadha nya.” Hadi menepuk-nepuk bahu sasa sahabatnya sebagai tanda semangat. Hisyam disebelah mengangguk tanda mengiyakan.
Ikhwan seyum. Dia tahu Hadi dan Hisyam merupakan sahabat yang baik...di masa senang mahupun susah. Dia berasa sungguh bertuah dapat memiliki sahabat sebaik mereka.
“Aku tahu. Terima kasih Hadi...Syam.”
Ikhwan bangkit. Berlalu ke bilik. Badan harus dibersihkan dan diri ini pula memerlukan rehat secukupnya kerana esok masih banyak tugas yang menanti.
***
Masjid India, 10 pagi...
Sengaja aku datang ke sini lebih awal hari ini. Niatku bukan untuk membeli-belah tetapi memburui agenda yang tidak kesampaian semalam.
Dari jauh sudah kelihatan orang ramai sudah berpusu-pusu mengelilingi pelukis jalanan itu. .Hmm! Nampaknya ada lagi yang lebih awal dari aku. Cuma ia tidaklah seramai semalam. Mungkin hari masih awal.
Naluri ku kuat mengatakan lelaki ini pasti ada yang ‘istimewa’ tentangnya kerana semalam dia turut hadir dalam mimpiku. Walaupun begitu, wajahnya tidak jelas kelihatan. Sesungguhnya, kehadirannya mengundang misteri kepadaku. Siapa dia???
***
Masjid India, 10 malam...
Jam sudah menjengah ke angka 10 malam. Aku masih disini. Setia menati si dia. Hanya memerhati dari jauh. Tidak pernah aku membuat kerja segila ini!
Untuk mendekatinya terus serasa tidak sesuai kerana dia begitu sibuk melayan ‘pelanggan-pelanggannya.’ Oleh itu, aku membuat keputusan menantinya sehingga dia selesai melakukan ‘tugasnya’ untuk malam itu.
Sewaktu dia sedang leka mengemas perkakas lukisannya, aku terus menjalankan misi ku yang tertangguh kelmarin.
“Encik, boleh tolong lukiskan potret saya?” Aku pura-pura bertanya. Sengaja ingin mengumpanya bersembang denganku.
“Maaf, cik. Saya dah nak balik ni. Hari pun dah lewat. Cik datang esok saja ye.” Dia tidak memandangku. Tangannya tangkas mengemas tanpa mempedulikan kehadiranku. Ape...tak cantik ke aku ni?!
Dalam samar-samar cahaya itu aku dapat melihat wajahnya dengan jelas. Kacak! Matanya...keningnya... hidungnya...mulutnya... semuanya cantik terbentuk.
Aku bagaikan berada dalam duniaku sendiri. Terasa seperti jatuh cinta pandang pertama. Tetapi mengapa dia tidak memandangku? Seakan tersedar dari mimpi yang panjang, aku kembali ke alam nyata.
“Encik, tolonglah. Satu potret je.” Aku merayu lagi. Dengan harapan dapat mengenalnya dengan lebih dekat.
Panas hati ku ini apabila rayuanku sedikit pun tidak diendahkannya. Sudahlah aku menantinya dari pagi sehingga malam menjelma, boleh pula dia buat tidak tahu!
Tanpa aku sedar, aku merampas semua berus lukisan yang entah berapa batang ditangannya dengan kasar. Ke semua berus lukisan itu bertaburan jatuh ke tanah. Aku tergamam sendiri dengan sikapku yang tiba-tiba itu. Namun,dia dengan selamba tunduk mengutip berus-berus itu tanpa memarahiku langsung. Terdetik rasa bersalah dihati tapi....
Aku terperanjat apabila tangannya teraba-raba mencari dan mengutip berus-berus yang jatuh tadi. Aksinya seolah-olah dia tidak nampak di mana kedudukan berus lukisan tersebut. Aku terpaku memandangnya. Mungkin terasa diri diperhatikan, dia menghentikan perbuatannya.
“ Kenapa? Terkejut? Tak sangka?” Bertubi-tubi soalan dia ajukan padaku.
“Err...awak...” Belum sempat aku menghabiskan kata-kataku....
“Ya! Saya buta. Puas?” Aku terperanjat dengan kenyatan yang diberikan.
“Tapi...” Aku tidak mampu meneruskan kata-kata seterusnya.
“Kuasa Allah. Segala yang diberikan adalah kurniaanNya yang tak ternilai...” Dengan perlahan dia mengungkapkan kata-kata itu yang menusuk ke jantung hatiku.
Barulah kini ku tahu mengapa dia mendapat perhatian ramai. Dia melukis dengan mata hati. Walaupun buta, tapi setiap lukisannya seolah-olah dia nampak apa yang dilukis. Dalam diam, aku mengagumi dirinya.
***
Dua tahun kemudian...
“Ikhwan...Suri nak tanya cikit boleh?” Aku memberanikan diri bertanya.
“Hahaha..sejak bila pulak kalau Suri nak tanya, Ikhwan kenakan cukai? Tak ada kan? Tanya aje lah...” Dia ketawa. Seakan-akan satu jenaka pula padanya.
“Emm... kalau Wan dapat melihat semula, Wan nak kahwin dengan Suri tak?” Aku memandang tepat ke matanya. Matanya celik namun siapa sangka pemuda kacak ini tidak cukup satu pacaindera yang tak ternilai harganya..
Kali ini ketawanya semakin galak. Aku hanya membatukan diri.
“ Wan, Suri tak main-main...” Tanpa dipaksa, air mataku menitis. Dia bungkam.
“Suri, Suri sendiri tahu Wan ni macam mana. Wan tidak sesempurna orang lain. Wan tak layak bergandingan dengan Suri. Wan buuu...” Cepat-cepat aku meletakkan jari telunjuk ke mulutnya.
Sesungguhnya, aku tidak mahu perkataan akhir itu keluar dari mulutnya. Aku ikhlas menyayanginya. Dan aku yakin dialah jodoh yang telah tersurat oleh Allah kepadaku.
“Hmm...” Ikhwan mengeluh panjang.“Suri, seandainya Tuhan takdirkan Wan dapat melihat semula, Wan akan mengawini Suri. Ini janji Wan!” Ayat terakhirnya benar-benar menbuat hatiku berlagu riang.
Aku akan nantikan saat itu...
***
Suatu pagi...
“Hello, Suri.” Awal pagi itu aku mendapat panggilan dari Ikhwan.
“Wan, kenapa ni tiba-tiba aje call?” Biasanya dia tidak akan menelefonku seawal hari ini.
“Good news! Tak lama lagi Wan akan dapat melihat semula...” Suaranya kedengaran begitu ceria.
“ Betul ke ni?” Aku sungguh gembira dengan berita yang disampaikan Ikhwan. Dalam hati, aku mengucap syukur kehadratNya.
“ Iye, sayang. Minggu depan operation .” Dari suaranya, aku tahu dia sudah tidak sabar lagi melihat dunianya kembali.
***
Sebulan kemudian...
“Suri! Kenapa Suri cuba jauhkan diri dari Wan?” Walaupun hanya berbual melalui telefon, suaranya jelas kedengaran tegang.
Ya! Selepas Wan mendapat ‘mata barunya’, aku sudah tidak menghubunginya lagi mahupun berjumpa. Kali terakhir aku berjumpanya sehari sebelum dia diusung ke bilik pembedahan. Sengaja igin menatap wajah Ikhwan sepuas-puasnya.
“Suri...cakaplah. Kenapa diam? Suri tak suka Wan dapat melihat semula?” Aku diam. Tiada kata yang mampu ku ungkapan.
“ Suri..kalau Wan tahu akan jadi begini, Wan sanggup untuk tidak melihat selama-lamanya asalkan Suri tak jauhkan diri dari Wan.” Nada suara Ikhwan berubah kecewa.
Dihujung talian, hanya esak tangisku saja yang kedengaran. Bukan aku tidak mahu bertemu Ikhwan tapi ada rahsia yang harus ku sembunyikan dari pengetahuannya.
“ Wan nak tatap wajah ‘mata hati’ Wan ni. Dan... Wan nak kabulkan janji Wan dulu pada Suri. Kita jumpa, ok?” ‘Mata hati?’ Aku tersenyum mendengar perkataan yang disebut Ikhwan itu.
***
Aku setia menanti Ikhwan di tempat dimana dia pernah melukis dulu. Di sini jugalah tempat pertemuan pertama kami dulu. Sengaja aku datang lebih awal sebelumnya. Apakah reaksinya nanti apabila melihatku?
Ikhwan sampai tepat pada masanya. Sewaktu dia sampai ditempat yang dijanjikan bersama Suri, kelihatan seorang gadis buta turut berada di situ. Dia berasa serba salah samada mahu terus ke sana atau menanti saja Suri di tempatanya berdiri.
Jantung aku pula tiba-tiba saja berdegup kencang. Aku dapat merasakan seperti Ikhwan sudah berada dekat dengan diri ini.
Entah mengapa tiba-tiba saja kaki Ikhwan laju saja melangkah ke arah di mana gadis buta itu berada. Seolah-olah gadis itu menggamit Ikhwan datang kepadanya.
Dengan ringan mulut, Ikhwan menegur. “Err...maafkan saya Cik. Cik dah lama ke duduk dekat sini?” Sekilas dia memandang wajah gadis buta itu. Cantik! Sudah lama dia tidak melihat keindahan ciptaan Ilahi itu.
“Ikhwan??? Awak Ikhwan kan?” Ikhwan terkejut kerana gadis buta itu tahu namanya.
“Ya..saya Ikhwan tapi macam mana...” Belum sempat Ikhwan menghabiskan kata-katanya,gadis buta itu bersuara lagi.
“ Sebab saya Su..Suri...” Menggeletar aku menyebut namaku sendiri.
Adakah lelaki dihadapanku ini terkejut apabila mengetahui gadis buta yang dilihatnya itu adalah aku? Bagaimanakah reaksinya? Sayangnya aku tidak mampu melihat.
“Suri??? Betul ke awak ni Suri? Ikhwan tahu Suri dulu tak macam ni kan?” Agakkan ku tepat sekali. Ikhwan benar-benar terkejut.
Yang bermain-main di hatiku kini sanggupkah dia menerimaku seperti dulu? Sanggupkah dia menunaikan janjinya dulu padaku? Aku pasrah andainya dia tidak mampu menerimaku seperti dulu. Aku terima takdirNya andainya dia bukan untukku lagi.
“Ya Allah...Suri, kenapa Suri sanggup buat ini semua? Kenapa Suri?” Ikhwan memegang bahuku dengan kedua belah tangannya. Kuat!
“Sebab Suri sayangkan Ikhwan. Suri nak Wan tahu Suri sanggup berkorban apa saje demi cinta kita ni. Dan paling penting, Suri nak tengok Wan melihat semula. Walaupun Suri tak dapat melihatnya tapi Suri gembira.” Aku senyum.
“Suri nak tengok Wan melihat semula tapi Suri...” Suara Ikhwan kedengaran sedih. Benar-benar menyentuh naluri wanitaku ini. Aku terdengar satu esakan kecil dekat ditelingaku.
Tanganku meraba-raba wajah kacak milik Ikhwan. Walaupun aku tidak boleh melihat lagi tapi aku tahu dia tetap lelaki paling kacak yang menghuni hatiku ini. Wajahnya basah. Ya! Ikhwan menangis. Aku seperti tidak percaya air mata lelaki ini tumpah jua akhirnya. Tidak semena-mena, air mataku mengalir. Bukan kerana menyesal mendermakan mata milikku kepada putera hatiku ini tapi hatiku benar-benar terkilan kerana telah menyebabkan air mata lelakinya tumpah.
“ Suri, Suri tahu tak pancaindera yang satu ini penting sangat? Suri tahu tak betapa besarnya pengorbanan yang Suri dah buat ni?” Ikhwan menyeka air mataku. Mata-mata yang melihat langsung tidak dipedulikan.
“Suri tak perlukan lagi...” Pendek aku menjawab.
“ Tapi kenapa?” Suara Ikhwan kedengaran terkejut.
“Sebab... Ikhwan mata hati Suri. Suri boleh melihat dan merasa getaran melaluinya” Aku senyum lagi.
Perlahan-lahan aku merasakan pegangan tangan Ikhwan semakin kejap pada tanganku. Terasa diri ini teramat dekat dengan dirinya.
“Suri..” Ikhwan memalingkan tubuhku mengadapnya.
“Sudikah Suri menjadi permaisuri hidup Wan? Bukan untuk seketika tapi untuk selamanya...” Kata-katanya lembut menusuk terus ke jantungku.
Aku tersenyum dan mengangguk setuju. Itulah satu-satunya ayat keramat yang aku tunggu-tunggu selama ini.
Terima kasih Tuhan kerana menemukan diriku dengan lelaki ini. Aku yakin dialah jodohku kerana Kaulah mata hatiku. Selama-lamanya...
Tinta kasih,
AMINIELA...
Cerpen Cinta ini telah dikirimkan oleh saudari Fazila Haryatie Wahab.